Bersama orang-orang Bijak; Ulasan Doa Hari Ketigabelas Puasa

Bertemankan dengan orang baik akan menggiring manusia kepada perbuatan baik. Bergaul dengan orang shaleh akan menuntun manusia kepada perbuatan shaleh. Satu majelis dengan orang bertakwa akan memberikan ruh takwa kepada manusia. Bersahabat dengan orang yang taat akan memancing manusia untuk taat kepada Allah Swt. Bersama orang-orang bijak akan “menyeret” kita pada perbuatan-perbuatan bijak. Dan adakah nikmat lebih agung daripada ini? Suhbatul Abrâr merupakan salah satu topik doa kita pada hari ketiga belas bulan Ramadhan ini. Rasulullah Saw dalam doa ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam meniti perjalanan hidup kita harus bertemankan dengan orang-orang yang seluruh dimensi hidupnya adalah takwa, bertutur kata hikmah, melihatnya mengingatkan kita kepada Allah dan ketika berkata-kata bertambah pengetahuan kita. Baca lebih lanjut

A Shoulder to Cry on;Ulasan atas Doa Hari Kesepuluh Puasa

Manusia secara psikologis, tatkala berhadapan dengan kesulitan atau problema yang menghimpit hidupnya, membutuhkan seseorang untuk menolongnya keluar dari persoalan yang dihadapinya. Dalam bahasa psikologi manusia memerlukan bahu untuk menangis, a shoulder to cry on. Manusia dalam konteks ini membutuhkan media atau orang untuk menumpah-ruahkan kesedihan, kesusahan, kerisauan dan pelbagai problema hidupnya. At least, ada orang yang mau mendengarkan keluh dan kesahnya  kalau tidak sampai pada tataran memberikan way-out dan solusi.

Kalau ia adalah manusia yang cerdas dan tercerahkan yaitu dengan memahami esensi kediriannya, bahwa faqid asy-syai laa yu’thi asy-syai (seseorang kalau tidak memiliki sesuatu dia tidak dapat memberikan) maka seharusnya tempat yang menjadi sandarannya adalah tempat yang menjadi sandaran seluruh mumkinul wujud sepertinya. Sandaran yang memiliki sesuatu untuk diberikan. Sandaran yang tidak menjadikan miliknya berkurang atau bertambah tatkala memberi atau menolak. Menyandarkan segala urusan kepada Sosok Yang Mahahandal inilah yang disebut tawakkal. Tawakkal kepada Allah Swt adalah salah topik dari doa kesepuluh bulan Ramadhan kita kali ini di samping tema fauzhil azhim, maqam qurb dan tema ihsan. Baca lebih lanjut

Mengamalkan Suluk Sosial; Ulasan Doa Hari Kedelapan Puasa

 Allahummah ruzuqni fihi rahmatal Aitam.” Demikian doa pembuka doa hari kedelapan bulan Ramadhan. “Ya Allah! Anugerahkan kepadaku di hari ini untuk dapat mengasihi anak-anak yatim.” Kata rahm dan rahmat bersumber dari rahman. Dan rahman ini merupakan sifat yang berlaku secara umum. Allah Swt adalah rahman, rahman artinya mahamengasihi seluruh makhluk, seluruh kaum Mukminin dan orang-orang kafir di dunia. Rahmat Tuhan bersifat umum. Seluruh semesta dan manusia terpendari dengan cahaya sifat umum ini. Dia Rahman bagi semesta. Manusia juga, dalam proses takhalluq, harus memiliki sifat Ilahiah ini sehingga dengan rahmat umumnya dapat mengasihi sesamanya. Mengasihi kaum Mukmin juga orang Kafir bahkan seluruh makhluk yang terdapat di kolong jagat ini. Baca lebih lanjut

Dzikir Konstruktif; Ulasan Doa Hari Ketujuh Puasa

Ketika kita berdoa, kandungan doa itu harus bersumber dari kedalaman jiwa dan kehendak hati. Redaksi doa harus membakar jiwa yang beku. Kandungan permohonan harus bergelora, bersemangat dan penuh vitalitas. Doa harus “hidup.” Permohonan kepada Tuhan harus memiliki “ruh.” Ia harus hidup tidak mati. Berdoa harus bertitik-tolak dari sanubari. Sedemikian sehingga orang yang berdoa laksana didera penyakit yang tak-terobati, sedemikian sehingga laksana karam dalam amukan gelombang, selaksa masalah menghantam dan tiada seorang pun yang membantu. Dalam berdoa singgasana hati dalam kondisi takluk, tunduk dan menyerah, harus dibawa ke haribaan Tuhan. Sehingga terdengar jawaban “labbaik” dari sisi-Nya. Bukankah Dia berfirman: “Serulah Aku, Kupenuhi seruanmu.” Baca lebih lanjut

Ketaatan Sebagai Kemuliaan; Doa Hari Keenam

Kiranya pantas manusia berpikir mengapa Tuhan memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk mentaati-Nya dan melarangnya untuk tidak bermaksiat. Mengapa perintah dan larangan terdapat pada firman Tuhan? Mengapa ketaatan kepada-Nya menyebabkan kebahagiaan dan bermaksiat kepada-Nya mendatangkan kemarahan-Nya dan penderitaan manusia. Persoalan ini harus dipahami dengan bersandar pada pengenalan Tuhan dan sifat-sifatnya, dan juga pengenal terhadap tujuan penciptaan dan pengadaan syariat agama. Jawaban global dari pertanyaan ini adalah bahwa perintah dan larangan Ilahi, baik yang wajib, mustahab, haram dan makruh merupakan lintasan kesempurnaan manusia. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor penyebab kesempurnaan manusia di pelataran dunia ini. Manusia dengan melewati lintasan tersebut dapat mencapai kesempurnaan dan mentransendental. Dengan demikian manfaat menuruti dan menjauhi, perintah-larangan Tuhan adalah untuk kesempurnaan manusia. Karena Tuhan tidak-membutuhkan dan mahakaya secara mutlak. Dia tidak mengeruk keuntungan dari perbuatan baik kita, dan tidak menderita kerugian dari keburukan kita. Tuhan berdasarkan rahmat dan faidh-Nya yang tak-terbatas, menyediakan seluruh faktor dan jalan untuk mentransendental dan menyempurnanya manusia. Bahkan ketika manusia dengan perbuatan tertentu yang menyebabkan kemurkaan-Nya, Tuhan menyediakan jalan untuk kembali kepada-Nya. Baca lebih lanjut

Mengingat-Mu Penuh Seluruh; Ulasan Doa Hari Keempat Puasa

Hakikat doa adalah menjalin hubungan intens dengan Tuhan. Bercengkerama dengan-Nya berikut memuja-Nya. Tatkala seorang anak manusia duduk bersimpuh di hadapan realitas tak-terbatas Ilahi, dan menjumpai-Nya sebagai Keindahan dan Kesempurnaan Mutlak, maka dihadapan Keindahan dan Kesempurnaan Mutlak ini ia merasa sangat kerdil. Dalam kekerdilannya, ia memuja, menyembah dan berserah diri pada-Nya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa doa adalah ibadah. Bahkan ruhnya ibadah. Inti ibadah adalah mengingat-Nya penuh seluruh. Sebaik-baik bentuk ibadah adalah berdoa.  Hal ini dapat kita telusuri dari lisan para maksum As, seperti yang dinukil dari Imam Baqir As, “Afdhalul ‘Ibâdah ad-Dua.” (Mahajjatul Baidha, jil. 2, bab. 2).  Di hari keempat bulan suci Ramadhan ini mari kita berdoa kepada Allah Swt untuk dikuatkan dalam memenuhi perintah-Nya, dianugerahi kelezatan mengingat-Nya, diberikan kesempatan untuk bersyukur pada-Nya dan dijaga dalam menunaikan titah-Nya. Baca lebih lanjut

Kecerdasan untuk Mencari Kebenaran

Berdoa merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan motivasi.  Motivasi yang dimiliki oleh setiap orang yang berdoa beragam dan beraneka coraknya. Terkadang ada orang yang berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan anak, istri, rumah, mobil, naik pangkat, kesehatan, kebaikan dan keselamatan. Ada juga orang yang berdoa yang memiliki motivasi yang lebih tinggi dan menjulang dari yang pertama. Doa bagi orang ini merupakan wasilah untuk meminta kepada Tuhan urusan-urusan maknawiah dan kesuksesan untuk melakukan aktifitas penghambaan. Dan yang tertinggi dari semua itu adalah orang yang berdoa karena hanya ingin bercengkerama dengan Tuhan dan mentaati perintahnya. Saya dan Anda mungkin belum mencapai tingkatan berdoa yang disebutkan belakangan. Minimal, dengan persangkaan baik, tidak terlalu bersahaja bertengger pada tingkatan berdoa golongan pertama. Semoga dengan melatih dan menempa diri di hari-hari kudus ini, tidak menutup kemungkinan saya dan Anda mencapai tingkatan berdoa yang hanya ingin bercakap-cakap, curhat dan bercengkerama dengan Sang Kinasih. Baca lebih lanjut

Keridhaan Tuhan pada Keridhaan Manusia; Ulasan Doa Hari Kedua Puasa

Bulan Ramadhan merupakan hadiah Ilahi kepada manusia sehingga dengan hadiah Ilahi yang berupa ibadah dan amalan ini manusia dapat meraup nilai-nilai transendal dan muta’ali yang tertimbun di dalamnya. Seluruh Mukmin diseru sebagai undangan atas perjamuan Ilahiah ini. Dalam hal ini, Tuhan Semesta Alam yang menjadi tamu dan maha tahu bagaimana meladeni tetamu-Nya dengan sebaik-baik perjamuan. Tentu jamuan Ilahi bukan jamuan yang bercorak material dan bendawi. Jamuan Ilahi di bulan ini berupa doa dan munajat-munajat yang diajarkan oleh para maksum kepada kita. Dari manusia-manusia suci itu di hari kedua ini kita membaca:

 

اَللَّهُمَّ قَرِّبْنِيْ فِيْهِ إِلَى مَرْضَاتِكَ وَ جَنِّبْنِيْ فِيْهِ مِنْ سَخَطِكَ وَ نَقِمَاتِكَ

وَ وَفِّقْنِيْ فِيْهِ لِقِرَاءَةِ آيَاتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Ya Allah, dekatkanlah aku di bulan ini kepada ridha-Mu, hindarkanlah aku di bulan ini dari kemurkaan-Mu, dan anugerahkanlah taufik kepadaku di bulan ini untuk membaca ayat-ayat (kitab)-Mu. Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Mahakasih dari para pengasih.

Di hari kedua ini kita disuguhkan hidangan malakuti dengan doa memohon keridhaan Tuhan dan taufik untuk membaca dan memahami ayat-ayat Ilahi, tadwin dan takwin. Baca lebih lanjut

Puasanya Orang Berpuasa; Ulasan Doa Hari Pertama Puasa

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw telah menjelaskan keutamaan yang tak terhingga bagi puasa pada setiap hari dalam bulan Ramadhan, dan beliau juga telah menentukan doa-doa khusus untuk setiap harinya yang memiliki keutamaan dan pahala yang sangat banyak. Melalui kesempatan ini, insya Allah semoga Tuhan memberikan taufik dan kesehatan kepada kita untuk membahasnya secara tuntas hingga hari terakhir doa-doa harian bulan Ramadhan ini. Semoga.

Di hari pertama bulan suci ini mari kita sama-sama berdoa:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صِيَامِيْ فِيْهِ صِيَامَ الصَّائِمِيْنَ وَ قِيَامِيْ فِيْهِ قِيَامَ الْقَائِمِيْنَ وَ نَبِّهْنِيْ فِيْهِ عَنْ نَوْمَةِ الْغَافِلِيْنَ

 وَ هَبْ لِيْ جُرْمِيْ فِيْهِ يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَ اعْفُ عَنِّيْ يَا عَافِيًا عَنِ الْمُجْرِمِيْنَ

Ya Allah, jadikanlah puasaku di bulan ini seperti orang-orang sejati berpuasa, dan qiyamku seperti qiyamnya orang-orang yang bangkit, bangunkanlah aku di bulan ini dari kelelapan tidur orang-orang yang lupa. Ampunilah segala kesalahanku, wahai Tuhan semesta alam, dan ampunilah aku, wahai pengampun orang-orang yang bersalah.

Di bulan penuh berkat ini kita harus berusaha semaksimal mungkin mengenal dan mendapatkan emanasi Ilahiah di dalamnya. Di hari-hari bulan Ramadhan terdapat doa-doa yang dapat membantu kita untuk mengenal keutamaan dan esensi bulan Ramadhan. Ramadhan merupakan nama dari nama-nama Tuhan. Dan kita tidak diperkenankan untuk menyebut misalnya Ramadhan telah tiba; Namun kita diperintahkan untuk menyebutnya dengan menyertakan bulan atas Ramadhan menjadi bulan Ramadhan. Baca lebih lanjut

Memetik Teladan dari Kehidupan Imam Ridha As

2.jpg

Hadits Silsilahtu adz-Dzihab

Suatu ketika Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As melakukan perjalanan ke suatu kota yang bernama Naisyabur. Penduduk di kota ini meminta Imam Ali ar-Rida As untuk mengajarkan kepada mereka beberapa hadits Nabi Saw.

Imam Rida menyampaikan kepada mereka hadits berikut ini:

“Dari ayahku Musa al-Kazim As berkata kepadaku,

dari ayahnya Ja’far as-Sadiq As,

dari ayahnya Muhammad al-Baqir As,

dari ayahnya Ali Zainal Abidin As,

dari ayahnya Sayyid Syuhada al-Husain As,

dari ayahnya Ali bin Abi Talib As,

dari Rasulullah Saw,

dari Jibril As,

dari Allah Swt yang berfirman,

“Kalimat La Ilaha Illallah adalah bentengKu, dan barang siapa yang mengucapkannya akan memasuki bentengKu, dan barang siapa yang memasuki bentengKu akan selamat dari azabKu.”

Hadits ini dikenal sebagai hadits silsilatu adz-dzihab (mata rantai emas). Disebut hadits yang bermata rantai emas boleh jadi karena setiap perawi dari silsilah rantai tersebut adalah orang-orang maksum.

Beberapa orang berkata[1] bahwa seorang serdadu yang telah menuliskan hadits di atas dengan tinta emas dan menjaganya setiap saat. Setelah wafatnya, ia mendatangi sahabatnya dalam mimpi dan menyampaikan kepadanya bahwa seluruh dosa-dosanya diampuni lantaran berkah dari hadits mulia ini.

Orang-orang Naisyabur dengan keras membaca kalimat tayyibah ini.

Akan tetapi sebelum meninggalkan tempat itu, Imam Rida As menambahkan bahwa ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi untuk terjaga selamat dalam benteng ini.

Imam Rida As berkata, “Syarat tersebut adalah bahwa engkau harus mematuhi dan mentaati seluruh perintah Nabi Muhammad Saw dan ajaran-ajaran para Imam Maksum As.

Sumber Rujukan:

Ahmad bin Hanbal, Musnad

Imam Ali ar-Rida As bersabda:

Allah Swt telah menjadikan puasa wajib sehingga kita dapat mengetahui akan artinya lapar dan dahagah orang-orang yang kurang beruntung dari kita dan mengingat tentang dahaga dan kelaparan pada Hari Kiamat. Uyun Akhbar ar-Rida, vol. 2, hal. 109

Semoga wiladah Agung Imam Ali bin Musa ar-Ridha, 11 Dzul-Qaidah 1428 H/22 November 2007 menjadi hari bahagia buat Anda.

 


[1] . Syablakhi, Nur al-Absar